Kamis, 06 Mei 2010

Seks itu kebutuhan atau keinginan ?



Sex adalah pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu

( Freud )

Hubungan sex adalah hubungan yang melibatkan laki-laki dan perempuan dalam bentuk hubungan yang khusus. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman berkaitan dengan keberadaan manusia, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, sebagai berikut:

”Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal.” ( Al-Hujurat: 13)

Allah menciptakan manusia, baik pria dan wanita dengan suatu fitrah yang khas. Wanita adalah seorang manusia, sebagaimana halnya pria. Masing-masing tidak dapat dibedakan dari aspek kemanusiaannya.

Allah SWT telah menciptakan pada masing-masing manusia potensi dinamis (thaqah hayawiyyah). Potensi itu berupa kebutuhan jasmani seperti rasa lapar, dahaga, dll; serta berbagai potensi naluriah seperti naluri untuk mempertahankan diri, naluri untuk melanjutkan keturunan dan naluri untuk beragama. Potensi ini ada pada masing-masing jenis kelamin. Selain itu Allah juga menjadikan pada diri keduanya kekuatan berfikir.

Sebagai bentuk penampakan dari naluri untuk melestarikan lawan jenis pada manusia, maka muncul ketertarikan pada lawan jenis. Oleh karena itu, hubungan pria-wanita atau sebaliknya, dalam kaitannya dengan naluri seksual merupakan hubungan yang bersifat alamiah. Namun benarkah naluri ini adalah pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu? Dan manusia akan mengalamu kehancuran jika tidak memenuhi tuntutan kebutuhan dari naluri ini?

Barat dan Sex

Melihat kehidupan sex masyarakat non Islam (baca: masyarakat Kapitalis dan Komunis) tak ubahnya mengamati kehidupan sex di dunia binatang. Sex merupakan sesuatu yang sangat identik dengan masyarakat Barat. Dalam masyarakat ini, sex adalah sebuah kebutuhan pokok yang HARUS dipenuhi. Sex adalah pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu. Menurut mereka, mustahil sebuah kebahagiaan akan tercipta tanpa kebebasan sex. Mustahil akan ada sebuah masyarakat yang produktif bila ada pengekangan sex. Karena itu, menurut mereka kebebasan sex adalah sesuatu yang harus dijamin keberadaannya dalam masyarakat Kapitalis. Bahkan upaya-upaya untuk menyuburkan naluri sexual (agar manusia terdorong untuk produktif) adalah sesuatu yang harus terus-menerus dimunculkan.

Karena itu, tak heran jika perempuan dalam masyarakat tipe ini dijadikan sebagai komoditi perangsang gairah sexual. Nyaris tidak ada event apapun tanpa kehadiran perempuan sebagai komoditi sexual. Mulai dari iklan, pertemuan-pertemuan, sampai rapat kenegaraan. Perempuan akan selalu ditampilkan. Demikian juga dengan berbagai rangsangan yang lain, seperti iklan, film, dan lagu-lagu dll selalu mengangkat tema cinta di dalamnya. Bahkan setelah masyarakat benar-benar telah terbangkitkan naluri sexualnya pun, maka ada fasilitas yang memakan dana besar dan energi besar seperti ATM kondom, program kondom gratis, lokasi pelacuran, jaminan aborsi yang aman, dsb untuk menjamin pemenuhan naluri sexual ini.

Selanjutnya, juga tidak perlu terlalu heran berbagai problem sosial seperti tingginya kehamilan yang tidak diinginkan, baik karena incest, perkosaan, dll, angka perceraian yang tinggi, kenakalan remaja yang tidak wajar karena keguncangan keluarga, jutaan kasus HIV dan AIDS, masalah lesbianisme dan homosexual dan berbagai masalah sosial lainnya juga sangat dentik dengan masyarakat Barat.

Naluri Sexual dan Kemunculannya

Naluri sexual sebenarnya bukan satu-satunya naluri yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu. Selain naluri sexual, Allah SWT telah menciptakan pada masing-masing manusia potensi dinamis (thaqah hayawiyyah) yang berupa kebutuhan jasmani seperti rasa lapar, dahaga, dll; serta berbagai potensi naluriah seperti naluri untuk mempertahankan diri (gharizah baqa’), naluri untuk melanjutkan keturunan (gharizah nau’) dan naluri untuk beragama (gharizah tadayyun). Naluri dalam diri manusia tersebut akan memunculkan kebutuhan yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, naluri mempertahankan diri (gharizatul baqa’) yang ada pada diri manusia akan mendorong manusia untuk membuat prestasi dalam hidup. Naluri tersebut juga akan mendorong seseorang untuk marah, atau bahkan menghilangkan nyawa orang lain ketika dia merasa harga dirinya dilecehkan. Demikian pula dengan naluri untuk melanjutkan keturunan (gharizatul Nau’) yang dimiliki manusia. Naluri ini akan mampu mendorong manusia untuk melakukan apapun demi untuk meraih simpati pujaan hatinya.

Namun dorongan ini tidak akan muncul tanpa adanya rangsanganeksternal yang memicunya untuk bergejolak. Belum pernah kita mendengar adanya konflik yang berkepanjangan, tindak kriminal yang menjadi menu sehari-hari dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan keadilan. Sebaliknya, dalam masyarakat Kapitalis dan individualis maka fakta tersebut akan sering terjadi. Karena atmosfer yang ada dalam masyarakat kapitalis dan individualis merupakan rangsangan eksternal luar biasa yang menyuburkan sikap egosentris yang muncul dari gharizah baqo’. Demikian pula dengan ghorizah nau’. Kebutuhan yang tinggi terhadap sex, free sex yang merajalela dan segala implikasinya akan kita jumpai pada masyarakat yang menggembar-gemborkan rangsangan sexual dimana-mana. Thus, dorongan yang muncul dari naluri termasuk naluri sexual semata-mata dipengaruhi oleh rangsangan eksternal baik berupa fakta yang diindera maupun persepsi-persepsi tertentu yang mengundang makna-makna tertentu seperti persepsi bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa sex.

So, naluri sexual sebagaimana naluri yang lain hanya akan menuntut pemuasan ketika bergejolak. Naluri tersebut tidak akan bergejolak kecuali ada rangsangan eksternal. Oleh karena itu, kemunculan dan pemenuhan naluri sexual merupakan perkara yang dapat diatur oleh manusia. Manusia juga mampu mencegah munculnya berbagai gejala dari naluri ini. Jika muncul pun, maka naluri ini juga bisa dialihkan.

Nauri Sexual, Haruskah dipenuhi?

Dunia barat dan komunis meyakini bahwa pengekangan naluri sexual akan mengakibatkan berbagai penyakit fisik, psikis, maupun akal. Secara kasat mata kta bisa mengatakan bahwa pendapat itu adalah pendapat yang keliru dan kontradiktif dengan fakta sebenarnya. Ada perbedaan yang sangat jelas antara dorongan yang muncul dari naluri dan dorongan yang muncul dari kebutuhan jasmani manusia dari sisi pemenuhannya. Kebutuhan jasmani seperti makan, minum, tidur dll mutlak harus dipenuhi. Jika tidak, bisa mengantarkan pada kematian. Sebaliknya, naluri manusia tidak menuntut pemenuhan secara pasti. Naluri jika tidak dipenuhi tidak akan menimbulkan bahaya, yang mungkin terjadi hanyalah kepedihan dan kegelisahan, tidak lebih. Buktinya, bisa saja terjadi, orang yang seumur hidupnya tidak memenuhi naluri sexual, ternyata tidak mengalami bahaya apapun dalam hidupnya.

Islam dan Pengaturan yang Membahagikan

Pandangan Barat yang keliru tentang sex telah benar-benar menghancurkan kehidupan sosial masyarakat. Sementara di sisi lain, Islam sebagai sebuah mabda’ yang syamil wa kaamil telah menyediakan sebuah konsep pengaturan naluri sexual yang menjamin pemenuhannya namun mencegah agar manusia tidak jatuh dalam derajat hewani.

Islam memandang bahwa naluri sexual adalah sesuatu yang fitroh. Namun demikian, melepaskan kendali naluri ini secara bebas merupakan tindakan yang sangat membahayakan bagi diri manusia dan kehidupan masyarakat. Sebab tujuan dijadikan naluri sexual tiada lain untuk melahirkan anak demi melestarikan keturunan.

Atas dasar itu, pandangan terhadap naluri ini harus difokuskan pada tujuan dari penciptaannya pada diri manusia, yaitu untuk melestarikan keturunan. Bukan sekedar memenuhi kepuasan seperti dalam pandangan masyarakat Barat. Allah SWT berfirman:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan istrinya dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (QS.An-Nisa:1)

Dengan kata lain, naluri ini semata-mata diciptakan demi kehidupan suami-istri saja. Bukan kehidupan sexual pria dan wanita secara umum. Karena itu, maka Islam akan menjauhkan segala rangsangan yang dapat menimbulkan dorongan sexual pada masyarakat umum. Islam memerintahkan para wanita untuk menutup aurat, Islam akan melarang pornografi dan pornoaksi dsb.

Dengan keterangan di atas, tampak jelas kesalahan pandangan masyarakat barat maupun sosialis yang memandang hubungan pria dan wanita sebatas hubungan sexual antara laki-laki dan perempuan. Tampak jelas pula kesalahan mereka dalam memecahkan problematika ini. Mereka keliru ketika membangkitkan naluri ini pada pria dan wanita secara sengaja melalui pergaulan bebas di antara keduanya, membiasakan lagu, cerita, tari yang mengarah kesana atau dengan merayakan hari valentine dsb. Justru seharusnya rangsangan-rangsangan tersebut harus dijauhkan dari kehidupan umum baik berupa fakta yang terindra ataupun persepsi-persepsi yang merusak. Dengan mengembalikan bahwa tujuan hubungan sexual adalah untuk menghasilkan keturunan, sehingga pemenuhan dan rangsangannya pun harus dijaga supaya hanya ada dalam wilayah domestik bukan wilayah public, maka timbulnya permasalahan sosial dan efeknya akan mampu dicegah dan diatasi…

0 comments:

Posting Komentar